Senin, 10 Oktober 2011

10 fakta menyedihkan tentang jakarta..


 
 
 

10 Fakta Menyedihkan Tentang Jakarta !

Berawal dari keterpaksaan, saya tinggal di kota ini. Lama-lama rasa terpaksa menjadi biasa dan semakin lama saya menjadi semakin mencintai kota ini. Berawal dari kecintaan inilah saya menulis tentang beberapa hal menyedihkan tentang kota ini.
Dalam edisi Kompas cetak beberapa hari lalu ada ulasan mengenai film ‘Slumdog Millionaire’ yang menceritakan sisi-sisi gelap kehidupan kota Mumbai, kota terbesar di India, yang menurut sang produser adalah kota yang gagal. Saya tergelitik oleh pernyataan si penulis bahwa kemungkinan Jakarta juga sedang mengambil jalan menuju kegagalan. Mungkin pernyataan itu ada benarnya.

Hanya sedikit warga Jakarta yang peduli pada sejarah kotanya sendiri.
Adolf Heuken pernah diprotes, kenapa beliau hanya menulis bukunya yang terkenal “Historical Sites of Jakarta” dalam bahasa Inggris. Menurut beliau itu karena warga Jakarta sepertinyat tidak tertarik akan sejarah kotanya sendiri.Buku itu memang akhirnya diterbitkan juga dalam bahasa Indonesia atas permintaan banyak pihak, namun pernyataan Heuken perlu direnungkan. Kalau melihat banyaknya bangunan tua bersejarah di kawasan kota lama Batavia yang dibiarkan dalam kondisi terlantar, kawasan bersejarah seperti segitiga Senen yang beralih fungsi menjadi kawasan komersial modern atau hilangnya Hotel Des Indes untuk dijadikan kawasan pertokoan Duta Merlin yang tanpa karakter, atau digusurnya gedung Societet de Harmonie, semakin hilangnya karakter pecinan di kasawan Kota dan masih banyak lagi, mungkin memang benar bahwa warga Jakarta kurang peduli pada sejarah kotanya.

Sesuatu hal yang menyedihkan karena dengan hilangnya monumen sejarah itu hilang pula kolektif memori warga Jakarta.

Jakarta sedang menuju bunuh diri ekologis
Tidak bisa disangkal kawasan hijau di Jakarta semakin berkurang. Bahkan daerah resapan air dan paru-paru kota juga sudah banyak berubah menjadi kawasan komersial. Check this : Hutan Simpang Tomang yang dulunya adalah sabuk hijau kota sekarang sudah menjadi Mal Taman Anggrek. Daerah persawahan dan rawa di Kelapa Gading sekarang sudah menjadi kawasan hiburan, perumahan dan komersial. Wilayah Sunter yang dulunya adalah daerah resapan air sudah menjadi kawasan permukiman dan pabrik. Kawasan hutan bakau Pantai Kapuk sekarang sudah menjadi daerah perumahan elit. Hutan Kota Senayan yang dulunya khusus diperuntukkan bagi paru-paru kota sekarang padat dengan berbagai mal dan bangunan perkantoran. Tidak heran peta genangan banjir semakin tahun semakin luas.
Jangan salahkan anak-anak yang bermain bola di jalanan, lah, lapangannya mana?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar